Berbicara di Depan
Umum (Public Speaking)
Semua
orang dapat berbicara, setiap hari kita berbicara bebas tentang apa saja kepada
siapa saja terasa sangat mudah
mengutarakan apa yang ada di kepala kita kepada lawan bicara, tapi akan berbeda
kasusnya jika kita berbicara di depan umum dan menjadi pusat perhatian semua
orang terkadang kata-kata yang sudah kita persiapkan menjadi hilang seketika
karena merasa grogi dan gugup. Banyak orang yang memilih diam dan menyimpan apa
yang seharusnya mereka utarakan dari pada harus berbicara di depan umum dan
menjadi pusat perhatian banyak orang, seperti itu merupakan sebuah ketakutan
besar untuk melakukan kesalahan dan ditertawakan oleh semua orang. Untuk itu
terasa perlu memang untuk mempelajari teknik dan sejarah dalam publik speaking
untuk lebih meningkatkan kepercayaan diri kita dalam mempraktikan publik
speaking dalam masyarakat.
Sejarah Berbicara
di Depan Umum (Public Speaking)
Ilmu
public speaking yang saat ini sedang terus kita pelajari ternyata telah ada
sejak ratusan tahun yang lalu. Ketika berbicara tentang nama-nama besar di
sepanjang sejarah public speaking, nama Dale Carnegie tidak mungkin bisa
dihindari. Dale Carnegie adalah salah satu pioner dalam bidang public speaking
dan self development di dunia. Buku karangan beliau pada tahun 1936 yang
berjudul How to Win Friends and Influence
People masih menjadi best seller sampai hari ini.
Dale
Carnegie lahir di Amerika pada tahun 1888. Dibesarkan di keluarga petani miskin
mengharuskannya untuk melakukan berbagai cara agar dapat bertahan hidup, mulai
dari berjualan susu sampai berjualan sabun. Tetapi dibalik kesusahan itu
karakter-karakter luar bisa yang dimiliki oleh Dale Carnegie mulai terbentuk.
Di
tahun 1911, Dale Carnegie yang hampir bangkrut mendapatkan sebuah ide untuk
mengajarkan public speaking yang merupakan cikal bakal dari the Dale Carnegie Course. Ketertarikan
masyarakat Amerika untuk belajar public speaking dan meningkatkan kepercayaan
diri membuat nama Carnegie melambung dengan cepat. Sampai hari ini metode
belajar yang digunakan oleh beliau masih diterapkan di lebih dari 80 negara
lewat sebuah organisasi bernama Dale
Carnegie Training.
Persiapan
merupakan langkah awal dan langkah terpenting dalam proses public speaking.
Dalam buku Public Speaking for Success,
Dale Carnegie mengatakan bahwa lakukan persiapan dengan memikirkannya selama 7
hari dan memimpikannya selama 7 malam. Baliau juga memberikan contoh tentang
bagaimana seorang public speaker hebat yang juga merupakan mantan presiden
Amerika Serikat, Abraham Lincoln mengerahkan banyak tenaga untuk melakukan
persiapan sebelum berpidato. Tidak dapat dipungkiri bahwa persiapan yang baik
merupakan sebuah hal yang sangat penting bahkan pembicaraan hebat seperti
Abraham Lincoln melakukan dengan sungguh-sungguh.
Tujuan
utama dari setiap pembicara adalah menyampaikan pesan kepada audiens. Pesan
tersebut bisa berupa informasi, himbauan, ajakan dan sebagainya. Jadi hal
terpenting yang harus diperhatikan seorang pembicara adalah bagaimana caranya
supaya pesan tersebut dapat sampai kepada audiens. Dale Carnegie memberikan
sebuah metode yang sangat efektif berupa pengulangan yaitu dengan mengucapkan
pesan yang akan di sampaikan, kemudian mengucapkan pesan tersebut, dan terakhir
mengulangi pesan tersebut sekali lagi.
Perumpamaan
tentang memancing yang disampaikan oleh Dale Carnegie mengajarkan kita untuk
mempunyai pola pikir yang berorientasi pada audiens. Ketika berbicara di depan
umum yang perlu dipikirkan adalah apa yang ingin audiens kita dapatkan bukan
apa yang ingin kita dapatkan. Sebuah pidato dikatakan berhasil apabila audiens
mendapatkan manfaat dari pidato tersebut. Jadi alangkah baiknya apabila sebelum
berpidato kita sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh audiens kita.
Pengertian Public
Speaking
Secara
sederhana, public speaking dapat didefinisikan sebagai proses berbicara kepada
sekelompok orang dengan tujuan untuk memberi informasi, mempengaruhi
(mempersuasi) dan atau menghibur audiens. Banyak orang menyebut public speaking
sebagai “presentasi”. Seperti layaknya semua bentuk komunikasi, berbicara di
depan public memiliki beberapa elemen dasar yang perarel dengan model
komunikasi yang dikemukakan oleh Laswell yakni komunikator (pembicara), pesan
(isi presentasi), komunikasi (pendengar/audiens), medium, dan efek (dampak
presentasi pada audiens). Tujuan berbicara di depan publik bermacam-macam,
mulai dari mentransmisikan informasi, memotivasi orang atau hanya sekedar
bercerita. Apapun tujuannya, seorang pembicara yang baik dapat mempengaruhi
baik pemikiran maupun perasaan audiensnya. Dewasa ini, publik speaking sangat
diperlukan dalam berbagai konteks, antara lain dalam kepemimpinan, sebagai
motivator dalam konteks keagamaan, pendidikan, bisnis, costumer service, sampai
komunikasi massa seperti berbicara di televisi atau untuk pendengar radio.
Perkembangan
Berbicara di Depan Umum (Public Speaking)
Retorika
adalah seni sekaligus ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dengan tujuan
menghasilkan efek persuasif. Selain logika dan tata bahasa, retorika adalah ilmu
wacana yang tertua yang dimulai sejak zaman Yunani kuno. Hingga saat ini,
retorika adalah bagian sentral dalam pendidikan di dunia barat. Kemampuan dan
keahlian untuk berbicara di depan audiens publik dan untuk mempersuasi audiens
untuk melakukan sesuatu melalui seni berbicara adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pelatihan seorang intelektual (Johnstone, 1995). Retorika
sebagai cabang ilmu berkaitan erat dengan penggunaan simbol-simbol dalam
interaksi antar manusia.
Dalam
sistematisasi retorika Aristoteles, aspek terpenting dari teori dan dasar
pemikiran retorika adalah tiga jenis pendekatan untuk mempersuasi audiens,
yakni logos, pathos dan ethos. Logos adalah strategi untuk meyakinkan audiens
dengan menggunakan wacana yang mengedepankan pengetahuan dan rasionalitas,
sementara pathos adalah pendekatan yang mengutamakan emosi atau menyentuh
perasaan audiens dan ethos adalah pendekatan moral menggunakan nilai – nilai
yang berkaitan dengan keyakinan audiensi. Di abad ke-20, retorika berkembang
menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan dengan berkembangnya pengajaran tentang
komunikasi publik dan retorika di sekolah-sekolah menengah dan
universitas-universitas pertama di Eropa dan kemudian meluas hingga
kawasan-kawasan lain di dunia. Harvard, sebagai universitas pertama di Amerika
Serikat, misalnya telah lama memiliki kurikulum mata kuliah dasar sebagai Retorika
sebagai salah satu mata kuliahnya (Borchers, 2006). Dengan berkembangnya ilmu
komunikasi, pembelajaran retorika lebih meluas lagi. Saat ini retorika
dipelajari dalam ruang lingkup yang luas dalam bidang pemasaran, politik,
komunikasi, bahkan (linguistik). Propaganda menjadi fenomena retorika yang
sangat menarik. Ketika orang berlomba-lomba mendesain kata-kata untuk
mempengaruhi orang lain, itu membuktikan bahwa seni merangkai pesan sangat
berpengaruh dalam berkomunikasi.
Public Speaking
sebagai Tool Komunikasi
Mengapa
public speaking dianggap sebagai saran komunikasi? Dalam sarana komunikasi atau
sebuah wadah bergulirnya percakapan yang memerlukan umpan balik. Siapa saja
yang terlihat atau berada dalam wadah itu? Dalam dunia komunikasi terdiri dari
komunikator, pesan dan komunikan. Semua ini akan berfungsi melalui channel atau
saluran yang disebut media. Kehadiran public speaking dalam kegiatan komunikasi
yang berperan adalah komunikator atau public-speaker. Dalam hal ini,
pengetahuan yang akan menjadikan seseorang atau komunikator sebagai pembawa
pesan, mempunyai kemampuan untuk menyajikan sebuah gagasan kepada audiens.
Dengan demikian, komunikator mengungkapkan ide dan dengan kemauan yang tepat,
cepat dan taktis.
Menurut
Herbert V. Prochnow mengembangkan kemampuan secara bertahap belajar seumur
hidup, tahun demi tahun dan makin lama semakin berbobot. Hal ini dapat
bersamaan sebagaimana memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Kegiatan lain
yang dapat mendukung kegiatan publik speaking, apabila aktif melakukan berbagai
kegiatan seperti dalam dunia usaha dan kehidupan sosial lainnya. Dalam dunia
usaha ada peluang selalu menghadapi saat-saat terjadinya tuntutan konsumen
terhadap hasil produksi, bahkan kerja lembaga atau oganisasi selalu mendapatkan
sorotan masyarakat. Disinilah peranan seorang petugas PR untuk menjelaskan
apakah melalui selebaran atau news release atau pertemuan-pertemuan dengan
wartawan media. Sebagai komunikator melalui media mengungkapkan pikiran, ide
dan pendapat pada seluruh pendengar. Pada kesempatan memberkan saran,
mengeritik, memberikan suara mewakili organisasinya serta memberikan keputusan,
maka teknik “public speaking” sama pentingnya dengan kemampuan berdialog dengan
individu-individu sacara efektif.
Tapi
ada yang beranggapan mempelajari public speaking membuang-buang waktu saja.
Karena setiap hari kegiatan kita dilengkapi dengan berbicara. Mungkin
pengertian salah itu bersumber pada perkiraan bahwa anda diharapkan melakukan
pidato-pidato resmi atau karena membayangkan pidato para tokoh politik yang
terkenal. Orang-orang dilingkungan pergaulan dan usaha anda banyak mengemukakan
ide yang biasa anda lakukan juga, dalam rapat, konferensi ataupun dalam
percakapan setiap harinya bukanlah gambaran publik speaking, tetapi merupakan
suatu pengecualian, dari seni berbicara. Banyak orang berpidato, mengesankan di
hati tapi pesan yang terkandung dalam pidatonya tdak dapat ia sampaikan dengan
lugas kepada para audiens nya sehingga ia hanya berputar-putar pada maksud yang
ingin ia sampaikan dengan seperti ini para audiens nya akan merasakan bosan,
oleh karenanya tidak semua orang dapat menjadi public speaker, sama seperti
tidak semua orang terpilih untuk menjadi pemimpin. Menurut Abraham Lincoln,
kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang dan publik speaking adalah
salah satu cara menciptakan pengaruh tersebut. Banyak orang memiliki kepintaran
dan pemikiran yang baik, akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup bagi seorang
pemimpin. Pemimpin membutuhkan kemampuan public speaking sebagai kekuatan dalam
mempengaruhi setiap orang untuk merasakan dan memikirkannya untuk bergerak atau
bertindal. Untuk itu seorang pemimpin haruslah belajar tentang public speaking
dan mampu untuk menerapkan secara efektif.
Kita
harus sadar bahwa tidak semua calon pemimpin memiliki kemampuan public
speaking. Hal tersebut dikarenakan public speaking bukanlah bawaan sejak lahir,
akan tetapi perlu dilatih. Seorang seperti King George VI dan Bung Karno harus
berupaya untuk berlatih melakukan public speaking, agar mampu berbicara didepan
orang banyak secara baik. Banyak keuntungan yang kita dapatkan jika kita dapat
menguasai public speaking. Salah satunya adalah dapat dengan berani dan percaya
diri mengutarakan isi pikiran kita dengan bahasa yang teratur dan dengan
pembawaan yang tenang yang dapat meminimalisir hilangnya kata-kata yang kita
persiapkan alih-alih gugup di depan mata semua orang yang memperhatikan kita.
Kita dapat dengan mudah mengambil hati, dan rasa simpati para audiens dengan
mudah karena mereka mudah mengetahui maksud dan isi dari pembicaraan kita
dengan begitu kita dapat membuka banyak relasi dan pertemanan yang dapat
menguntungkan kita sendiri di masa depan. Banyak cara untuk dapat berlatih
mengasah kemahiran kita dalam public speaking salah satunya adalah melihat
berbagai video tokoh-tokoh dunia yang menguasai public speaking dan mengamati
teknik-teknik yang mereka pakai.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar