Senin, 17 Desember 2018

Pulau Hashima (Battleship Island) pulau seram yang punya keunikan



Pulau Hashima, biasanya dipanggil Gunkanjima (bermaksud “Pulau Kapal Perang”), atau Battleship Island  merupakan salah satu dari 505 buah pulau yang tidak didiami di wilayah Nagasaki, Jepang. Ia terletak kira-kira 15 kilometer dari lepas pantai Nagasaki. Nama pulau ini diambil dari bentuk pulau ini sendiri yang berbentuk seperti kapal perang, pulau ini juga dikenal sebagai pulau hantu karena banyak pengunjung yang mendatangi pulau ini hanya untuk menguji nyali mereka saja.

Pulau ini telah dibeli oleh perusahaan Mitshubishi pada tahun 1890 dengan tujuan untuk mengeksploitasi kekayaan tambang batubara yang dimiliki di dasar laut pulau ini. Tercatat ribuan pria menjadi pekerja dalam proyek menggali kekayaan batubara ini dan menjadikan pulau ini sebagai tempat tinggal mereka, hampir satu abad yaitu pada tahun 1887 sampai 1974 pulau ini dihuni oleh ribuan pekerja tambang yang mayoritas pria, pada tahun 1959 populasi pulau ini menjadi yang terpadat didunia dengan 5.259 orang penduduk dan persebaran penduduk 835 orang per hektar dengan luas pulau yang hanya 6,3 hektar membuat disetiap sudu pulau penuh sesak dihuni oleh penduduknya. 

Pada tahun 1916 untuk melindungi para pekerjanya Jepang membangun gedung beton bertulang besar pertama di Jepang yang difungsikan sebagai apartemen yang akan dihuni oleh para penduduk pekerja tambang yang akan secara khusus melindungi mereka dari angin topan dan badai, dan dibuatlah apartemen setinggi 9 lantai. Selama 55 tahun kedepan Jepang lebih banyak membangun
bangunan termasuk blok sekolah, taman kanak-kanak, rumah sakit, balai kota, dan pusat komunitas. Untuk menghibur para pekerja dari kelelahan bekerja sebagai penambang mereka juga membangun clubhouse, tempat untuk mandi bersama, kolam renang, taman di atas atap gedung, toko dan salon. Untuk melindungi penduduk pula dari angina topan dan badai, mereka membangun tembok beton di sekeliling pulau dan membuat pulau ini langsung berbatasan dengan laut di luar tembok.

Hasil gambar untuk tambang batu bara battleship island jepangBatu bara pertama kali ditemukan di dasar pulau sekitar tahun 1810, dengan penemuan ini membuat pulau perlahan-lahan dihuni sejak 1887 hingga 1974 sebagai fasilitas penambangan batubara dasar laut. Mitsubishi Goshi Kaisha membeli pulau itu pada tahun 1890 dan mulai mengambil batu bara dari tambang bawah laut, dibangun empat poros tambang utama yang mencapai kedalaman 1 kilometer dari permukaan laut. Antara tahun 1891 hingga 1974 sudah sekitar 15,7 juta ton batubara yang digali oleh para pekerja dengan suhu di pertambangan mencapai 30 derajat Celcius dan dengan kadar kelembapan 95%.

Dimulai pada sekitar tahun 1930-an dan sampai akhir Perang Dunia Kedua, penduduk sipil wajib militer dari Korea dan tawanan perang dari China dipaksa bekerja dibawah kondisi yang keras dan mendapatkan perlakuan yang brutal dari pemerintahan Jepang, perlakuan ini dibawah kebijakan Jepang yang sedang membutuhkan bahan bakar untuk memfasilitasi mereka dalam perang Jepang. Selama periode ini berlangsung, diperkirakan bahwa sekitar 1.300 dari pekerja kerja paksa ini mati di pulau karena berbagai bahaya, kecelakaan bawah tanah yang banyak memakan korban karena mereka melakukan aktifitas pertambangan tanpa peralatan yang lengkap bahkan mereka hanya memakai peralatan seadanya untuk menambang sekaligus mereka juga tidak difasilitasi dengan pengaman yang baik, kerja paksa yang memaksa mereka untuk bekerja cepat dan mendapat hasil tambangan yang banyak membuat setiap penambang seperti melupakan keselamatan diri mereka sendiri. Akibat dari kerja paksa ini pula banyak dari para penambang pria yang mati karena kelelahan dan kekurangan gizi, system kerja paksa yang sangat ketat membuat setiap penambang bahkan tidak mendapatkan waktu untu mengisi perut dan tenaga mereka sedangkan mereka harus mengerahkan tenaga mereka untuk menambang batubara di lokasi penambangan yang sudah tidak layak lagi.

Hasil gambar untuk battleship island jepangKetika minyak bumi menggantikan batubara di Jepang pada tahun 1960-an, tambang batu bara mulai ditutup pengoperasiannya diseluruh negeri dan tak terkecuali tambang batubara di pulau Hashima. Mitshubishi secara resmi menutup tambang itu pada Januari 1974 dan di pulau itu dibersihkan dari penghuninya di bulan April. Bangunan beton yang sudah di bangun dibiarkan seperti itu ketika ditinggalkan, dibiarkan utuh seperti sengaja membiarkan kenangan buruk dan kisah pilu selalu menyelimuti pulau ini.

Hasil gambar untuk battleship island jepangSaat ini hal yang paling menonjol dari pulau ini adalah blok apartemen beton dengan kerangka beton yang ditinggalkan masih berdiri kokoh dan mengalami penuaan sejalan dengan bergantinya tahun, dinding pemisah ombak laut yang terlihat masih kuat melindungi pulau ini dari derasnya hempasan ombak dan angin laut juga terlihat sangat mencirikan pulau ini jika dilihat dari jauh. Pulau ini telah dikelola sebagai bagian dari kota Nagasaki. Perjalanan ke pulau Hashima dibuka kembali pada tanggal 22 April 2009, setelah 35 tahun penutupan.


Pulau ini dimiliki oleh Mitsubishi hingga tahun 2002, ketika itu secara sukarela dipindahkan ke Kota Takashima. Saat ini, Kota Nagasaki, yang menyerap Kota Takashima pada tahun 2005. Menjalankan yuridiksi atas pulau tersebut. Pada 23 Agustus 2005, pendaratan diizinkan oleh balai kota hanya untuk wartawan. Pada saat itu, Kota Nagasaki merencanakan pemulihan dermaga untuk pendaratan turis pada bulan April 2008. Selain itu, jalur penggunjug sepanjang 220 merer (722 kaki) telah direncanakan, dan masuk ke area bangunan yang tidak aman dilarang. Karena keterlambatan dalam  pembangunan, bagaimanapun pada akhir tahun 2007 kota mengumumkan bahwa akses public ditunda hingga musim semi 2009. Selain itu kota mengalami masalah keamanan, yang timbul dari resiko runtuhnya bangunan di pulau karena penuaan yang signifikan
Pada tahun 2009, Jepang meminta untuk memasukan Pulau Hashima bersama dengan 22 situs industry lainnya dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, rencana ini awalnya ditentang oleh pihak berwenang Korea Selatan dengan alasan bahwa pekerja paksa Korea dan Cina digunakan di pulau itu sebelum dan selama Perang Dunia II. Korea Utara juga mengkritik tawaran Warisan Dunia karena masalah ini.
Hasil gambar untuk battleship island jepang diakui unesco
Seminggu sebelum dimulainya pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO (WHC) ke-39 di Bonn, Jerman, Korea dan Jepang mencapai kesepakatan yang dikompromikan bahwa Jepang akan memasukan penggunaan kerja paksa dalam penjelasan fasilitas di situs yang relevan dan kedua negara akan bekerja sama menuju persetujuan masing-masing kandidat Situs Warisan Dunia.

Sejak 2009 pulau ini telah dibuka sekali lagi untuk kunjungan public. Perjalanan wisata perahu di sekitar atau ke pulau saat ini disediakan oleh lima operator; Concierge Gunkajima, Gunkajima Cruise Co., Ltd., Yamasa-Kaiun, dan Takashima Kaijou dari Pelabuhan Nagasaki. Dan layanan pribadi dari Semenanjung Nomozaki. Akses pendaratan memakan biaya ¥ 300 per orang, tidak termasuk biaya perjalanan perahu. 

Gambar terkaitBerkunjung ke pulau Hashima yang dijadikan tempat wisata dengan latar belakang tempat yang mempunyai masa lalu kelam dan pilu membuat para wisatawan tertarik untuk mencoba secara langsung berkunjung dan merasakan suasana pulau bekas pertambangan batubara ini, berkunjung ke pulau ini juga sangat membantu para wisatawan untuk mengerti kebenaran kisah masa lalu yang bukan hanya sekedar kisah dongeng pengantar tidur yang berkembang dari mulut ke mulut, tapi bahwa ini adalah saksi nyata sebuah pengorbanan dan penderitaan para pekerja tambang batubara yang menghabiskan sisa hidup mereka untuk menambang batubara yang mempertaruhkan nyawa mereka sendiri untuk mendapatkan bahan tambangan sebanyak-banyaknya, para wisatawan dapat merasakan kesesakan tempat yang mereka sebut sebagai pemukiman yang tidak ada perwakilan kata nyaman didalamnya, yang terlihat hanyalah gambaran penuh sesak.
Hasil gambar untuk pengunjung di battleship island jepang

Selain karena mempunyai masa lalu yang kelam, para pengunjung juga ingin memberanikan diri mereka berkunjung karena pulau ini terkenal dengan ke angkeran nya, banyak wisatawan yang mengaku mendengar suara-suara aneh di pulau ini. Karena itu banyak para wisatawan yang berkunjung untuk menguji nyali mereka dan memastikan kebenaran atas keseraman pulau ini. Meski pulau ini dibuka untuk umum, ada beberapa sudut pulau yang tidak boleh dikunjungi oleh para wisatawan karena alasan keselamatan.

sources: