Liburan adalah satu kata yang
menyenangkan, bukan hanya menyenangkan untuk diucapkan melainkan juga
mengasyikan untuk ditunggu kedatangannya, banyak orang yang benar-benar
mempersiapkan dengan matang momen liburan mereka agar segala sesuatunya
berjalan lancar dan mereka benar-benar merasakan nikmatnya liburan ditengah
kesibukan mereka.
Jika musim libur tiba tempat wisata penuh
sesak oleh pengunjung, kemacetan di jalan raya pun tidak terhindarkan
disebabkan oleh tumpah ruahnya orang yang bepergian, baik hendak liburan atau
pun oleh orang yang untuk merayakan natal dan tahun baru. Seringkali ketika
datangnya musim liburan semua tiket masuk habis dan untuk mensiasatinya para
calon penikmat liburan harus memesan tiket masuknya dari jauh-jauh hari. Tidak hanya wisata liburan yang
menyuguhkan berbagai wahana rekreasi ataupun wahana menghibur lainnya yang
menyedot banyak pengunjung, wisata literasi pun dapat menunjukan diriya dapat
bersaing dengan wisata hiburan lainnya, selain menyuguhkan rekreasi yang
mendidik, wisata literasi juga tidak kalah menyenangkan dan menariknya dari
wisata alam atau pun tempat rekreasi lainnya.
Semua orang tentunya mengharapkan dapat
berlibur dengan aman, nyaman, dan menyenangkan. Liburan digunakan sebagai
sarana untuk menyegarkan kembali badan, pikiran, dan suasana hati yang stress
karena tuntutan pekerjaan, atau merekatkan suasana kekeluargaan yang renggang
karena sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Wisata literasi selain juga menyuguhkan
konsep berwisata dan belajar keunggulan lainnya adalah harga yang harus
dihabiskan pengunjung untuk mengunjungi wisata literasi ini adalah tidak
seberapa besar dari pada wisata rekreasi lainnya. Wisata literasi merupakan
sebuah wisata dimana orang yang berlibur mengisi waktunya dengan membaca dan
menulis. Membaca di sini dapat diartikan membaca buku, jurnal, majalah, surat
kabar, atau juga dapat diartikan pergi ke suatu tempat untuk mencari informasi,
berkunjung ke toko buku, berkunjung ke museum datang ke perpustakaan, atau
“membaca” fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat untuk kemudian
dijadikan sebagai bahan tulisan.
Wisata literasi cocok dijadikan sebagai
wisata bagi para pelajar yang masih haus akan ilmu pengetahuan sehingga mereka
dapat berekreasi sekaligus belajar. Wisata literasi tidak hanya berada di
tempat wisata yang yang benar-benar mengusung konsep wisata literasi saja,
melainkan juga dapat di nikmati ketika kita dimana saja, seperti saat kita menunggu
datangnya bus atau kereta kita dapat meluangkan waktu kita untuk membaca
literasi seperti buku novel ataupun surat kabar maupun majalah.
Orang yang menikmati wisata literasi akan
sangat menikmati apa yang dia baca, hanyut dalam segala informasi yang ia dapat
dan hal itu dapat membuatnya merasa senang dan terhibur, dan tidak dapat
dipungkiri pula buku adalah sumber datang nya ilmu walaupun sekarang sudah
memasuki zaman digital hampir semua buku sudah ada bentuk digitalnya, tapi
kehadiran buku fisik juga tidak dapat tergantikan bagi para pecinta buku. Para
penikmat wisata literasi ini akan sangat betah dan nyaman menghabiskan setiap
lembar kertas dan membaliknya penuh rasa ingin tahu.
Bagi sebagian orang yang tidak terlalu
menikmati kegiatan membaca dan menulis atau kegiatan yang banyak menyita focus
perhatian mereka pada satu hal mungkin akan cepat merasa bosan dan perlahan
akan mengantuk. Bagi mereka yang tidak terlalu menikmati wisata literasi
mungkin akan berfikir bahwa liburan adalah
segala sesuatu hal yang menyenangkan, menghabiskan semua waktu mereka
dengan bersenang-senang bukan meluangkan waktu mereka dengan membaca buku atau
mengujungi wisata literasi yang membosankan seperti museum ataupun
perpustakaan, jika seperti itu mereka berfikir mungkin sama saja adalanya
liburan ataupun tidak karena otak mereka tetap di paksa untuk membaca dan
menyerap segala informasi yang sebenarnya berlimpah dalam wisata literasi.
Mungkin saja perbedaan pendapat seperti ini masih terjadi di kalangan
masyarakat.
Dalam konteks wisata literasi para orang
tua berperan banyak, mereka yang biasanya mengarahkan buah hati mereka untuk
tetap menikmati wisata literasi selain juga menikmati liburan wisata pada
umumnya. Para orang tua yang biasanya mengarahkan anak-anak mereka untuk
berkunjung ke museum, taman atau ke toko buku dan membiarkan anak-anaknya untuk
mendapatkan pengetahuan baru, mengamati lingkungan sekitar, mendapat pertemanan
baru dan menambah rasa ingin tahunya tetang suatu hal yang diminatinya. Intinya
adalah orang tua memberikan liburan yang berkualitas dan bermanfaat kepada
anak-anak mereka. Sekolah-sekolah pun bukan hanya membawa para siswanya untuk
berlibur ke tempat-tempat wisata, tetapi mereka membawa para siswanya untuk
berlibur ke wisata literasi yang memang menyuguhkan banyak pengetahuan dan ilmu
baru, dengan maksud ingin para siswa mengamati, bertanya, mengumpulkan
informasi, berlatih berfikir logika, dan mengomunikasikan dalam bentuk menulis
laporan kegiatan. Wisata literasi juga dekat kaitannya dengan wisata edukasi,
karena di dalam wisata literasi ada nilai-nilai edukasinya.
Semakin berkembangnya variasi wisata
literasi belakangan ini semakin memudahkan para pecinta buku dan ilmu
pengetahuan untuk menghabiskan waktu mereka dengan setumpuk buku literasi
maupun sumber pengetahuan lainnya, contohnya saja telah hadirnya kombinasi dari
tempat minum kopi (caffe) dengan perpustakaan yang tak kalah menarik untuk
dikunjungi, dengan desain interior caffe yang biasanya sangat artistic
memanjakan mata pengunjung dan didukung dengan adanya perpustakaan dalam satu
ruangan membuat para pecinta buku semakin betah untuk berlama-lama mendalami
dunia mereka dalam literasi. Dengan suasana yang santai tak terlalu kaku
seperti suasana di perpustakaan pada umumnya membuat membaca buku ditempat ini
menjadi semakin menyenangkan.
Tumpukan buku-buku yang rapi tersusun
juga dapat dimanfaatkan sebagai desain interior caffe yang dapat menarik para
pengunjung untuk berfoto atau menjadikan beberapa spot dalam ruangan menjadi
spot foto yang menarik.
Tapi sayangnya dengan dipermudahnya akses
para pecinta buku untuk menikmati buku mereka sambil meminum kopi hangat tak
membuat usaha library caffe dapat
berkembang pesat dan menjadi jenis usaha yang menjanjikan keuntungan yang
besar, hal ini juga di dasari oleh fakta bahwa minat baca masyarakat Indonesia
yang masih rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca perhari rata-rata 30-59 menit. sedangkan jumlah buku yang ditamatkan per tahun. rata-rata 5-9 buku. Hal ini sangat disayangkan mengingat
pentingnya peran buku untuk menambah wawasan yang tidak akan tergantikan
meskipun sekarang sudah memasuki zaman digital.
Banyak usaha pemerintah untuk meningkatkan minat baca masyarakat
salah satu nya dengan membangun gedung perpustakaan Nasional yang diklaim
menjadi gedung perpustakaan tertinggi di dunia dengan fasilitas yang lengkap di
dalamnya mulai dari buku anak-anak sampai buku pengetahuan umum lengkap
tersedia. Di adakannya gerakan membaca buku dalam gerbong kereta KRL dengan
tujuan agar para penumpang meluangkan waktunya dalam perjalanan untuk membaca
buku ataupun novel. Diadakannya bazzar besar-besaran yang menjual berbagai
macam buku dari luar negri maupun dalam negeri dengan harga miring yang
bertujuan membuat masyarakat berbondong-bondong membeli buku.
Kembali lagi segala usaha pemerintah diatas tak akan berhasil
jika dalam masyarakatnya sendiri tidak mau berubah untuk memperbaiki minat baca
mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar